-->

Thursday, December 1, 2016

Being Marriage - Lesson Learned Part III : Kun Fayakun

8 Oktober  2016,

----------------
Hampir semua wanita pasti punya keinginan menikah muda, dan langsung memiliki anak yang lucu-lucu. Iya, hampir semua teman saya seperti itu siklusnya. Lalu bagaimana dengan saya? 

saya menikah tepat di usia 25 tahun kurang 1 bulan, sesuai cita-cita saya hehehe. Saat itu saya sudah bekerja hampir 1 tahun lamanya di perusahaan tempat saya bekerja sekarang, sehingga proses adaptasi sudah tidak jadi beban lagi kalau seandainya saya menikah, hanya tinggal beradaptasi dengan lokasi rumah yang menjadi cukup jauh (1,5 jam perjalanan menuju kantor). Namun, entah kenapa saat itu saya sama sekali tidak ada pikiran untuk langsung memiliki anak. Bahkan sebelum menikah, salah seorang juru rias saya (yang ternyata bisa "nerawang") bisa membaca kalau saya sepertinya ragu untuk langsung memiliki anak hehehe. 

Awalnya saya pikir memang saya benar-benar belum ingin memiliki anak. Ya ada sih perasaan sedikit ragu, melihat saya yang masih pecicilan, suka coba ini itu, masih banyak yg ingin di explore. tapi ternyata bukan itu alasan utama saya. 
Melihat perjuangan teman-teman saya yang ingin punya anak, atau bahkan keguguran karena aktivitas hariannya (yang saya liat mungkin kerjaan saya bisa lebih over daripada mereka) membuat saya ragu untuk berharap langsung dititipi bayi menggemaskan oleh Allah. Memang, beberapa bulan menjelang pernikahan sampai saat ini saya lagi sering-seringnya mendengar cerita perjuangan memiliki anak / keguguran dari teman-teman saya. Sedikit banyak ternyata cerita-cerita itu jadi kepikiran. Takut banyak berharap lah, ini lah, itu lah... 

Ditambah lagi dengan sebulan pertama pernikahan saya yang super sibuk, makin aja dong saya "pura-pura" ga berharap langsung punya anak. Setiap saya dan suami berbicara soal punya anak, dan suami komentar "ya siapa yang tau kamu hamil bulan ini" pasti langsung saya sanggah dengan "ya ga mungkin sih..." . Memang ga baik bicara mendahului takdir, tapi balik lagi saya gamau banyak berharap yang akhirnya sedih, bete, karena harapan saya tidak terjadi. 

Sampai akhirnya diminggu keempat pernikahan kami,  suami saya pergi training ke Jakarta selama seminggu. Makin hopeless harapan hamil dibulan pertama pernikahan kami, toh bisa berduaan aja jarang banget. Ditambah lagi seperti postingan saya sebelumnya, saya mengalami kecelakaan motor. 

selama ditinggal suami, kondisi kaki saya pasca kecelakaan semakin membaik. Tapi anehnya, kondisi tubuh saya yang malah jadi sering drop. Setiap menuju jam makan siang, saya merasa kepala saya berat, pusing, dan mual, seperti tanda-tanda akan menstruasi. Sebagai penderita anemia, gejala pms seperti itu memang rutin saya dapat setiap bulannya. Yang jadi masalah adalah, kejadian kepala pusing - berat- mual ini terjadi selama berhari-hari ditambah dihari ketiga perut saya terasa agak kembung. Saat itu ada perasaan berharap dan GR kalo saya hamil, tapi ko sakitnya ga selebay yang dbilang orang-orang ya? ya mungkin saya cuma masuk angin. 

Setelah melewati 4 hari ditinggal suami, tepatnya hari kamis malam saat pulang kantor, saya mampir ke guardian di dekat rumah. Tujuan pertama saya adalah ingin membeli bio oil untuk menghilangkan bekas luka pasca kecelakaan, tapi entah ada angin apa saya kemudian membeli testpack karena kebetulan itu hari dimana saya seharusnya menstruasi. sesampainya dirumah, penasaran banget pengen langsung coba. tapi karena siklus menstruasi saya yang memang tidak lancar, saya ragu-ragu mau coba. pikiran saya waktu itu "yaila tanda-tanda hamil aja ga ada", yasudahlah saya batalkan rencana saya mencoba testpack. 

tapi memang dasarnya anaknya penasaran, saya iseng-iseng aja coba testpack tanpa membaca cara pakainya. niat awalnya sih, iseng aja biar ada pengalaman nyobain testpack hahaha. belum bilang-bilang suami juga, karena takut suami jadi berharap juga.dan hasilnya? bener kan negatif !, hehehehe. Saya engga langsung buang sih hasilnya, soalnya masih penasaran sama cara kerjanya dan berniat baca2 lagi petunjukan biar bulan depan ga salah cara pakenya dan mubazir beli testpack.
kira-kira saya tinggal makan selama 20 menit, dan pas balik lagi saya kaget, karena tiba-tiba saya liat ada garis kedua yang super tipiiis. karena ragu, saya baca lagi petunjuknya, "oh gaboleh dibaca setelah 8 menit ya, berarti ini ga akurat ya" dan langsung saya buang ke tempat sampah. 


Singkat cerita, besok paginya saya test lagi (karena menurut petunjuk sebaiknya dilakukan pengecekan pagi hari). dan ternyata hasilnya si garis kedua ini muncul jauuuh lebih cepat dari kemarin. 
Hayo, ada yang bisa liat dimana garisnya? 

setelah tes kedua kali, saya masih cenga cengo, masih ngerasa ragu karena super tipis, takut cuma sugesti dan kebanyakan ngarep. Untuk memastikan saya bolak balik googling sana sini, meyakinkan kalau saya benar-benar positif hamil. Saya ga langsung cerita suami juga, karena kebetulan dia lagi super sibuk traningingnya, jadi harus nunggu dia break istirahat dulu. 

Sampailah di jam istirahat, saya beranikan diri untuk bilang ke suami dengan mengirimkan foto hasil testpack. komentarnya? "HAH?" -____-
iya, suami saya suka datar-datar gajelas emang, gabisa diharapkan kaya bapak-bapak lain yang terharu atau teriak kegirangan. Karena saya dan suami sama-sama ga yakin, akhirnya saya menunggu sekitar 2 hari lagi untuk tespack ke 3 kalinya. dan kali ini ngeceknya ditungguin suami. hasilnya? 
alhamdulillah...... 

bagaimana reaksi kami berdua? saya cengengesan doang sambil bilang "hehehe hamil nih" dan suami juga cuma senyum-senyum sambil meluk. rasanya masih deg-degan, tegang, seneng, campur aduk. Tapi yang pasti kami sangat bersyukur, karena kami ditunjukan salah satu kuasa Allah yang sempat saya elakan kemarin-kemarin,




"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia" - QS. Yaasiin:82 

No comments:

Post a Comment